Sumber yang sama... Hasil yang berbeda
Zaman keemasan para sahabat dan tabi'in telah berlalu begitu jauh. Kejayaan islam yang dulu kita banggakan kini hanya kita dengar dan pelajari.
Kisah keteladan para generasi pertama banyak membuat kita terpukau.. Akan sebuah kejujuran, ketawadhuán, kesholihah, kedermawanan, kewaro'an, ketaatan bahkan kekuatan.. Mereka telah menjadi teladan dan panutan..
Kenapa mereka bisa seperti itu? sedangkan sumber kita tetap satu. Mereka mereguk kenikmatan iman dari sumber Al-Quran sehingga kepribadian mereka begitu indah. Mereka mempelajari dan membaca Al-Quran sehingga akhlak mereka begitu mulia.
Sumber kita sebenarnya sama walau hasil yang kita dapatkan berbeda.
Adakah yang salah dengan kita? Saat orang jujur susah didapatkan.. Saat semua orang mengejar kekuasaan.. Saat tak banyak lagi yang peduli dengan sesama.. Saat bertemu sesama hanya selalu menaruh saling curiga.. Saat ketaatan tak lagi menjadi keinginan.. Saat kekuatan islam tak lagi diperhitungkan..
Adakah yang salah? Kenapa generasi pertama bisa, sedangkan kita tidak? Padahal sumber kita sama?
Kegalauan ini pernah dijawab oleh seorang ulama yang harus mati di tiang gantungan karena mempertahankan prinsip aqidah yang ia pegang. Beliau mengungkapkan dalam sebuah bukunya yang kontemporer mengapa hal itu bisa terjadi.
Ada tiga sebab mengapa generasi sahabat berbeda dengan kita.
1. Generasi Pertama mereka hanya menjadikan Al-Quran sebagai sumber rujukan, yang mereka mereguk semua yang ada di dalamnya tanpa memilih dan memilah dan tanpa ada keraguan sedikitpun.
Sedangkan generasi saat ini menjadikan Al-Quran sebagai pelengkap dari buku-buku dan hasil Peradaban.
2. Generasi Pertama bukan membaca dan mempelajari Al-Quran untuk pengetahuan dan menambah wawasan, atau karena ingin menikmati bacaannya, atau hanya untuk mendapatkan kesejukan darinya. Tetapi mereka membaca dan mempelajari Al-Quran untuk diamalkan.
Karena Al-Quran diturun bukan sebagai kitab sastra, walaupun didalamnya dipenuhi sastra-sastra yang indah. Al-Quran juga diturunkan bukan sebagai kitab sejarah dan kisah walaupun didalamnya terdapat sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu.
Sedangkan generasi saat ini mempelajari Al-Quran untuk menambah intelektualitasnya, mendengungkan bacaannya semata.
3. Sebab ketiga adalah: Saat generasi pertama masuk ke dalam islam, mereka meninggalkan segala kejahiliaan mereka secara totalitas dengan mengikuti islam sebagai aturan kehidupan baru mereka.
Sedang generasi saat ini ketika mengenal islam, masih tetap mengikuti kebiasaan jahiliyah mereka.
Untuk membaca lengkap buku aslinya, anda dapat mendownloadnya versi Bahasa Arab di sini , dan versi bahasa Indonesia di sini. (Sumber : Zulhamdi M. Saad, Lc)
1 Comments:
tak taulah siapa yang salah, toh selama ini juga yang diperlombakan hanya membaca alquran bukan mengerti alquran
Post a Comment
<< Home